Saturday, 24 October 2015

Bagaimana Agar Tidak Terjerumus Ke Dalam Hutang ?

Bismillahirrahmanirrahiim… 

Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam, hanya Kepada Allah puji dan syukur, tempat kembalinya seluruh makhluk. Yang KeadilanNya tak bisa terperi, yang Kasih SayangNya tak terbatas, Yang IlmuNya sungguh tersembunyi, Dan Yang RahmatNya meliputi seluruh apa yang DiciptakanNya. 

Shalawat serta  salam yang setulus-tulusnya semoga senantiasa tercurahkan untuk Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga serta sahabatnya yang mulia dan para pengikut Beliau yang setia sampai akhir jaman. Aamiin. 

Pembaca Blog Niniek SS. Yang Setia, dimanapun sahabat berada…

Sudah lama sekali yah anda tak bertemu dengan tulisan saya yang baru di blog ini, karena saya tak sempat untuk menambah artikelnya. Sebenarnya berbagai kondisi, selama badan masih sehat tak perlu dijadikan alibi untuk tidak menulis he he..Yang jelas memang moodnya lagi hilang entah kemana.

Mungkin karena karena umur yang kian menua, sehingga fisik mudah capai melayani teman-teman sakit maag kronis dan GERD secara online dari seluruh Indonesia yang jumlahnya menyentuh 400 orang dan setiap harinya terus bertambah, sehingga waktu benar-benar sempit untuk meluangkan menulis. 

Saya alhamdulillah masih terus menulis, namun di blog solusi sakit maag, yang memang benar-benar darurat sangat dibutuhkan oleh teman-teman penderita maag dan GERD…Untuk itu saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika telah menelantarkan blog ini dan mengecewakan para pembaca yang mungkin menunggu-nunggu tulisan saya.

Semoga anda sekeluarga senantiasa diberikan ampunan oleh Allah SWT. atas setiap dosa-dosa anda, diberikan keselamatan serta keberkahan hidup, serta diberikan rejeki yang cukup oleh Allah SWT. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.

Bagaimana Agar Tidak Mudah Terjerumus Ke Dalam Hutang ? 

Allah menciptakan langit dan bumi seisinya adalah untuk keberlangsungan hidup manusia dan seluruh makhluk yang hidup diatasnya. Untuk kebahagiaan dan untuk kesejahteraannya, karena Allah sangat mengasihi dan menyayangi manusia.

Untuk itu pula diturunkannya Al Qur’an serta pelaksanaannya dalam keseharian dicontohkan melalui keteladanan kehidupan Kanjeng Nabi SAW, agar manusia memperoleh keselamatan didunia dan di akherat, menikmati kebahagiaan serta kesejahteraan di dunia dan di akherat pula.

Pilihan atas kehidupan yang hendak dipilih sudah di gelar dalam Al Qur’an secara sangat sempurnanya. Berbagai pilihan serta berbagai versi kehidupan sudah dicontohkan dalam Al Qur’an dan sunnah Rasul SAW.

Manusia tinggal memilih yang mana beserta dengan segala konsekuensinya. Ada pilihan, tentu ada kuwajiban yang harus dijalankan, dan ada resiko-resikonya serta hadiah yang Allah sediakan.

Apakah kesejahteraan dan kebahagiaan manusia hanya diukur dari materi yang dimilikinya ? Menurut saya TIDAK ! Tergantung seberapa iman yang ada dalam dada setiap orang, bagaimana ia merasainya. Merasai kebahagiaan dan kesejahteraan, merasai nikmat dan karunia yang Allah limpahkan kepadanya.

Sekarang ini, problem terkini perorangan dan secara nasional adalah banyaknya hutang. Sehingga membuat seseorang pusing tujuh keliling memikirkan hutangnya. Hutang bisa membuat orang berbuat apa saja. Terutama korupsi. Korupsi uang, korupsi jabatan, korupsi waktu, dan berbagai macam korupsi. Orang melakukannya dengan dalih semata-mata untuk menutupi kebutuhan. Kebutuhan yang mana ? Kebutuhan-kebutuhan yang tak wajar, yang hanya untuk memuaskan nafsu keserakahannya.

Sering kita menjumpai, seseorang yang hidupnya sudah sangat mapan. Punya rumah yang cukup mentereng. Bahkan boleh dibilang mobilnya cukup mewah. Motornya berserakan. Suami isteri pegawai negeri. Anak sudah pada kuliah. 

Namun apa yang dialaminya ? Meskipun kondisinya seperti itu, suami isteri ini tak pernah ada tenangnya. Selalu gelisah. Wajahnya selalu murung, pandangannya kosong. Ternyata hutangnya menggunung. Tiap saat diburu oleh depkolektor ! Meskipun segala fasilitas hidup sudah dimilikinya, apakah kebahagiaan semacam ini yang kita inginkan ? Tidak bukan ?

Bagaimana pasalnya ? Jika ditelusur lebih jauh. Ternyata gaji suami isteri tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup yang diciptakannya sendiri sesuai dengan ego atau keinginannya, bukan pemenuhan kebutuhan atas dasar yang benar-benar dibutuhkan.

Sehingga “Lebih besar pasak daripada tiang” alias selalu tekor antara penghasilan dan kebutuhan. Lalu jatuh kepada lubang hutang yang menganga dan akhirnya lebih parah lagi terperosok kepada JERATAN RENTENER ! Astaghfirullah kalau sudah seperti ini, hidup bagaikan di neraka barangkali !

Allah memberikan rejeki kepada manusia, sudah pasti tepat dan mencukupi, tidak ada tapi tapinya. Dan itu PASTI, karena Allah adalah KONSEPTOR AGUNG yang tak mungkin salah seincipun dengan setiap KehendakNya.

Rejeki yang Allah berikan, PASTI akan cukup, asal kita mau mencukupkannya.
Jika sampai rejeki kita tidak mencukupi, apalagi sampai terjerumus kepada jeratan rentener, itu pasti karena ada yang ERROR dalam hidup yang kita lakukan.

Jika kita diberikan rejeki oleh Allah, syukurilah. Jika kita sudah cukup memiliki barang “A” ya tak usah pengin memiliki barang “B” yang tak terjangkau, atau bahkan tak begitu dibutuhkan. Sehingga rejeki yang diberikan oleh Allah akan cukup untuk memenuhi kebutuhan kita.

Sering terjadi dikalangan ibu-ibu nih. Sikap konsumerismenya yang sering menjerumuskan kepada kesusahan sendiri menjadi banyak hutang ! Semestinya gaji yang diberikan oleh suami cukup, ini jadi tekor. Lha bagaimana gak mau tekor ? Sudah punya pakaian banyak, masih bagus-bagus, pengin beli yang modenya baru, dengan alasan agar tak ketinggalan dengan ibu-ibu yang lain. 

Lebih payah lagi belinya dengan cara kredit, yang sepintas angsurannya ringan, namun jika dihitung-hitung harganya jauh lebih mahal, bahkan bisa satu setengah kali lipatnya. Sehingga sebenarnya ini sangat memberatkan.

Pada saatnya mengambil barang sih senang, penuh semangat ! Namun sangat terasa pada saat mau mengangsur, apalagi jika penghasilannya hanyalah dari gaji suami, satu-satunya sumber penghasilan. Dan kredit yang diambilnya sudah terlalu banyak. Ya kometlah jadinya. Komet yang dibuat sendiri.

Bukan hanya baju-baju yang kita beli dengan kredit. Namun seisi rumah kita semuanya berisi barang-barang yang semuanya kredit. Dari mulai rumah, mobil, motor, perabotan rumah, baju, tas, sepatu. Sehingga pada waktu gajian puyeng sendiri dalam membaginya untuk bayar-bayar angsuran.

Kredit tidak menjadi masalah, asal untuk sesuatu yang memang darurat dibutuhkan, atau disesuaikan dengan kemampuan untuk mengangsurnya. Jangan sampai gaji habis untuk bayar angsuran, sehingga tak ada sisanya bahkan seringkali minus untuk bayar angsuran. Lalu apa yang untuk biaya hidup sebulan kedepan ? Inilah yang membuat kita sering pusing tujuh keliling. 

Jika kita hidup SEDERHANA, tak banyak keinginan, tak memanjakan nafsu, selalu mensyukuri apa yang ada, INSYA ALLAH hidup kita akan tenang, sejahtera, karena tak dipusingkan oleh hutang dan hutang sehingga mengurangi nikmatnya hidup dan nikmatnya iman.

Ada pengalaman hidup yang baru-baru saja saya alami he he, cukup membuat hati bisa tersenyum geli jika mengingatnya.

Saya terbiasa mempunyai barang-barang pribadi cukup satu. Misal tas, sandal atau sepatu. Kalau belum rusak tak pernah saya membeli yang baru.  Meskipun untuk membeli lebih, Allah memberi saya rejeki. Namun saya lebih mengutamakan untuk sedekah daripada membeli sesuatu berlebih.

Jadi sandal hanya satu, multi fungsi. Ya untuk ke warung, ya untuk takziah, ya untuk ke supermarket, ya untuk menghadiri undangan hajatan. Tak ada yang special untuk saya. 

Suatu hari ada tetangga yang isterinya sedang naik haji. Bapak ini datang ketempat saya, untuk meminta tolong suami saya mengundang bapak-bapak satu gang yang sekiranya berkenan untuk menjemput isterinya dari kepulangan haji.

Hari berikutnya, saya disamperin sahabat dengan mobilnya, mau silaturahmi kerumah saudaranya. Saya bingung mencari sandal saya satu-satunya, loh kok hanya yang sebelah kanan saja yang ada, sementara yang sebelah kirinya raib entah kemana.

Tapi disebelahnya ada sandal laki-laki yang tak dikenal, dan hanya sebelah kiri pula ! Saya berpikir, pasti ini ada tamu bapak-bapak, yang ketika pulang tak sadar salah satu sendalnya ketukar dengan sandal saya.

Walah, ya terpaksalah nenek-nenek pergi santai pake sepatu, gara-gara sendal satu-satunya raib sebelah. Inilah salah satu kesederhanaan hidup yang senantiasa saya lakukan. Walau suami tak bekerja, sehingga kami tak mempunyai penghasilan, kehidupan kami tetap tenang, karena kami selalu berusaha keras, untuk mencukupkan rejeki yang Allah berikan darimana saja, betapapun sedikitnya.

Bukan berarti saya tidak mempunyai hutang. Namun saya hanya berhutang untuk sesuatu yang benar-benar bersifat darurat, kebutuhan primer seperti biaya anak sekolah.

Jika kehidupan Kanjeng Nabi yang penuh dengan kesederhanaan kita teladani sepenuhnya, semaksimal kemampuan kita, insya Allah hidup kita akan penuh ketenangan, kebahagiaan dan kenikmatan hidup.

Jika bisanya hanya makan dengan sayur, ya saya tak akan membayangkan makan dengan telor. Karena apa akibatnya ? Makannya dengan sayur tak dinikmati, sehingga kurang syukur kita kepada Allah, dan telornya tak kepegang hanya dalam bayangan saja, ini yang membuat hidup kurang barokah.

Kita boleh menginginkan sesuatu, dan berikhtiyar untuk mendapatkannya, namun hasilnya kita serahkan saja secara full kepada keridhoan Allah belaka. Karena jika sudah berikhtiyar untuk memperoleh sesuatu namun akhirnya tak mendapatkannya kita kemudian kecewa. Kita menyalahi takdir ! Kita bertentangan dengan kehendak alam.

Allah berkehendak kita hanya makan dengan sayur, mungkin dengan kehendak agar jika kita diberiNya uang yang lain bisa untuk ongkos anak ke sekolah. Tapi jika uang itu untuk membeli telor, maka jadinya tak ada uang untuk anak ke sekolah. Anak akhirnya bisa berangkat ke sekolah terpaksa dengan berhutang kepada tetangga.

Ini soal yang sangat sepele bukan ? Jika kita terbiasa menuruti keinginan bukan kebutuhan. Tekor sedikit-sedikit, jika tak kita sadari akan menjadi bukit. Bukit kalau bukit sedekah itu subhanallah. Namun jika bukit hutang…astaghfirullah…akan membuat kita selalu gundah, gelisah, tak pernah tenang.

Yuk mulai dari sekarang kita mengubah pola konsumerisme dengan pola hidup sederhana. Mensyukuri apa yang ada dan mencukupkannya.

Kaya atau miskin itu soal takdir. Manusia Islam bukannya tidak boleh kaya, tapi asal pencapaiannya dengan jalan yang Allah Ridho, yang halal dan mulia, bukan yang menghalalkan segala cara sehingga membuat orang lain menderita, dan membuat tatanan semesta porak poranda.

Demikian dulu share saya untuk :”Bagaimana Agar Tidak Terjerumus Ke Dalam Hutang" Semoga bermanfaat.

Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Salam Sejahtera,
Niniek SS

No comments:

Post a Comment