Sunday, 4 January 2015

Pengalaman Makan Bubur Tepung Kerut

Bismillahirrahmanirrahiim…

Dulu ketika saya masih kecil, sering sakit perut. Tidak seperti saudara-saudara saya yang lain, yang berjumlah 9 orang, 10 dengan saya. 

Entahlah karena apa ?

Mungkin karena kami berasal dari keluarga yang tak mampu. Sehingga menu empat sehat lima sempurna menjadi impian yang terlalu tinggi untuk dijangkau waktu itu.

Tiap pagi, saya yang sering bangun paling pagi diantara saudara-saudara yang lain kebagian membantu ibu membuat bubur nasi untuk seluruh keluarga. 

1 mug kaleng susu indomilk beras dibuat bubur untuk 7 orang saya kakak beradik, karena 3 kakak saya yang lain sudah bersekolah diluar kota, itupun atas budi baik Paman dan Bibi dari keluarga Bapak saya.

Setelah menjadi bubur maka segera saya bagi dalam 7 piring bagian masing-masing. 7 piring saya jajar mulai dari piring kakak saya, saya, kemudian 5 orang adik saya. Waktu itu saya baru sekolah dasar kelas 6. Sudah terbiasa bangun jam 4 pagi dan membuat bubur untuk keluarga.

Betapa beruntungnya anak-anak jaman sekarang, yang tidak sesusah jaman saya masih kecil sekitar tahun 1968. Anak-anak jaman sekarang pagi bangun tidur tinggal mandi dan sarapan lalu berangkat ke sekolah diantar oleh orang tua naik kendaraan, minimal sepeda motor.

Jaman saya sekolah dulu, ke sekolah jalan kaki dan jarang memakai sepatu, karena sepatu yang saya pakai bergantian dengan sepatu kakak. Jadi hari ini dipakai kakak, besok saya pakai, sehingga ketika sepatu sedang dipakai kakak, tentu kaki saya cokoran alias telanjang, jika kena kerikil sakit-sakit pedih. Padahal justru ini merupakan terapi kesehatan yang sangat bagus. Karena setiap hari syaraf-syaraf yang ada di kaki diakupuntur secara langsung dengan butir butir kerikil liar yang ada dijalanan. 

Saya selalu mengisi piring dari adik saya yang paling kecil, lalu piring-piring yang lain sesuai urutan yang terkecil. Sehingga jika bubur sudah habis, maka tak apalah saya dan kakak saya yang tak kebagian. Betapa mengenaskan waktu itu. Pagi berangkat sekolah kadang kadang dengan perut kosong dan  kaki telanjang tanpa sepatu.

Dan yang paling sering tidak kebagian bubur nasi untuk sarapan pagi adalah saya. Jika piring adik-adik saya telah terisi penuh, dan masih ada sedikit bubur yang tersisa dalam panci, maka saya relakan untuk kakak saya saja karena dia laki-laki, kasihan. 

Dan beruntung terkadang saya masih kebagian bubur kental yang menempel pada irus, alat tradisional yang untuk mengaduk bubur, yang terbuat dari tempurung kelapa, dan diberi pegangan dari bambu. 

Bubur yang menempel pada irus ini hanya sedikit sekali, mungkin hanya 2 sendok makan, tapi justru rasa yang paling enak adalah bubur yang menempel pada ujung irus ini, karena kental dan gurih sekali rasanya.

Tapi aneh, diantara saudara-saudara saya, ternyata sayalah yang paling sering menderita sakit perut. Mungkin sejak kecil itulah sebenarnya saya sudah mulai terkena sakit maag, karena perut sering kosong, energy otak tersedot untuk menyerap pelajaran, sementara kaki selalu dingin tak beralas.

Masih Alhamdulillah jika tidak hujan. Jika hujan, sempurnalah sudah penderitaan. Pernah pada suatu ketika sedang mengikuti pelajaran berhitung, tiba-tiba perut saya sakiiiit luar biasa…sudah diminumi teh hangat dicampur dengan minyak ye teen yang selalu dibawa dalam tas ibu saya. Kebetulan ibu saya mengajar pada SD dimana saya sekolah dulu.

Sudah diupayakan dengan berbagai cara tetap sakitnya bukan main, akhirnya saya diantar pulang oleh Pak Bon dengan naik sepeda ontel.

Tahu tidak ?

Ketika saya diantar dengan sepeda ontel itu, saya tak mau sepeda itu dinaiki oleh Pak Bon karena perut terkena goncangan bertambah sakit sekali. Lalu Pak Bon mengalah turun kembali dari sepedanya dan kemudian menuntunnya dengan saya berada dalam boncengan.

Ibu juga kemudian ikut pulang kerumah, atas kesepakatan dari guru-guru yang lain. Mungkin mereka tidak tega melihat saya kesakitan sampai mengaduh-aduh waktu itu.

Dalam perjalanan digonceng sepeda yang dituntun itu, dari tubuh saya mengalir keringat dingin. Jika terkena angin dari kendaraan yang lewat berbapasan dengan kami, waduuh dinginnya bukan kepalang. Rasanya tak tahan untuk segera sampai dirumah. Lama betul Pak Bon menuntun sepedanya. Tak sampai-sampai. Rasanya hampir saja mau pingsan saya. Alhamdulillah kami segera sampai dirumah sebelum saya benar-benar pingsan.

Antara sadar dan tidak, saya sudah berada di tempat tidur dengan badan lumayan hangat. Ada ibu, ada Bapak, dan ada Ibu bidan. Perut sudah tidak begitu terasa sakit seperti sebelumnya. Ya Allah.

Tidak berapa lama ibu menghidangkan bubur tepung kerut encer yang dibuat dengan diberi sedikit gula merah, seperti biasanya ibu membuatkan bubur tepung kerut jika saya sedang sakit perut, tanpa santan !

Sedikit demi sedikit tepung kerut hangat itu akhirnya saya habiskan atas suruhan ibu, bapak, dan bu Bidan untuk menghabiskannya.

Tidak lama kemudian setelah bubur tepung kerut itu habis, timbul rasa ngantuk yang tak dapat saya tahan, akhirnya tertidurlah saya tanpa kesakitan lagi diperut. Entah hingga berapa lama saya tertidur, karena tahu-tahu sudah sore.

Saya terbangun oleh suara hiruk pikuk adik-adik saya yang sedang bermain juga bertengkar.

Setelah saya mengalami sakit maag begitu lama hingga lebih dari 15 tahun ini, dan Alhamdulillah saya sudah sembuh, saya baru tahu, ternyata saya sudah terkena sakit maag memang sudah dari kecil.

Hanya mungkin ketika remaja jarang kambuh karena saya mulai memperhatikan pola makan saya, walaupun waktu itu saya belum mengerti bahwa saya adalah terkena sakit maag. Karena Pak Mantri yang memeriksa saya tak pernah mengatakan bahwa saya sakit maag.

Setiap saya periksa sakit perut, Pak Mantri langsung memberikan obat, dan mengatakan agar saya jangan sampai telat makan, dan jangan makan yang pedas-pedas, yang kecut-kecut, dan jangan makan goreng-gorengan dulu.

Waktu itu saya masih sangat kekurangan info. Jarang ketemu dengan Koran atau majalah. Menurut image saya waktu itu, koran dan majalah hanyalah  milik orang-orang kota dan orang-orang terpelajar. 

Buktinya saya waktu kecil hanya bisa bertemu dengan koran dan majalah hanya ketika saya diajak ibu atau bapak bertamu ketempat Pak Lurah atau pejabat desa yang lain, atau bertamu kerumah yang mempunyai anak sudah kuliah. 

Kebetulan bapak saya sebagai Kepala Penerangan Kecamatan, jadi sering bersilaturahmi kerumah Pak Camat, bapak-bapak Lurah di wilayah beliau bekerja, di daerah tempat tinggal kami. Dan saya sering diajaknya.

He he betapa kasihannya saya diwaktu kecil. Untuk bertemu dengan Koran dan majalah saja merupakan hal yang cukup sulit. Padahal hobi saya sejak kecil hingga masa tua ini adalah membaca.

Sehingga dulu, jika dirumah ada koran bungkus kacang goreng atau bekas bungkus apa saja, tak saya perbolehkan untuk dibuang siapa saja sebelum saya membacanya sampai ludes ke titik komanya.

Dan sekarang saya menjadi tahu dari pengalaman sering sakit perut diwaktu kecil, bahwa bubur tepung kerut memang sangat bagus untuk mengatasi sakit perut yang sekarang terkenal dengan sebutan sakit maag atau sakit lambung.

Lebih-lebih setelah saya pelajari dari berbagai literature tanaman obat tradisional dan juga info dari Mbah Google, bahwa dalam umbi kerut itu terkandung zat yang dapat melapisi dinding lambung, semacam bisa menggantikan mukosa pada dinding lambung yang terkikis oleh berbagai sebab.

Oleh sebab seringnya mengkonsumsi makanan instan yang penuh kimia, seperti mie-mie instan. Minuman dalam kaleng, atau makanan yang dikemas dalam packing. Tidak teratur makan juga bisa menyebabkan iritasi dinding lambung. Juga seringnya konsumsi makanan terlalu pedas, terlalu asam, terlalu merangsang atau bertekstur kasar serta berminyak dan berlemak. Semuanya itu bisa memicu terkena sakit maag.

Pantes saja setiap dulu waktu kecil saya sakit perut, begitu perut dihangati dengan minyak kayu putih, minum teh hangat yang encer dan tidak terlalu manis, kemudian makan bubur tepung kerut hangat, langsung berangsur-angsur sembuh. Lha wong….betapa besar manfaat dan kandungan tepung kerut untuk melapisi dinding lambung yang sedang bermasalah.

Demikian Pengalaman Makan Bubur Tepung Kerut, semoga ada manfaatnya.

Kecuali konsumsi bubur tepung kerut yang aman buat lambung Anda yang mungkin sedang bermasalah, maka sebaiknya Anda segera memiliki Buku Panduan Rahasia Sembuh Sakit Maag Kronis untuk mengetahui seluk beluk tentang sakit maag, dan tips-tips cara penanggulangannya. Anda bisa PESAN DI SINI. Terima kasih.

Alhamdulillahirrabbil’alamiin

Salam Sehat Selalu,
Niniek SS

No comments:

Post a Comment