Tuesday, 20 January 2015

Uang Dibawah Pintu

Bismillahirrahmanirrahiim,

Sahabat Niniek SS Dimanapun Anda berada...

Kehidupan yang selalu penuh ujian. Dari sejak masa remaja hingga usia menjelang senja, hidup saya tak pernah sepi dari ujian. Sepertinya alam tak menghendaki untuk saya mengalami kebahagiaan barang sesaat. Dari satu ujian ke ujian yang lain senantiasa datang silih berganti tak henti-henti…

Namun alhamdulillah, sekalipun saya tak pernah berburuk sangka kepada takdir Allah. Setiap ujian selalu saya jalani dengan ikhlas dan pasrah. Saya hanya memohon tak henti-hentinya kepada Allah Yang Maha Berkehendak, Dzat Yang Maha Baik dan tak pernah tidur, agar saya senantiasa diberiNya kesabaran, ketabahan serta kekuatan untuk menjalaninya hingga saya bisa lulus dari setiap ujian hidup yang diberikanNya kepada saya.

Dari mulai masa muda yang kehilangan masa remaja karena momong 5 orang adik yang masih kecil-kecil, menikah atas pilihan orang tua, keguguran 8 kali, diusir pergi oleh suami pilihan orang tua, hidup menjadi gelandangan terlunta lunta tidur diterminal bus, menjadi pembantu rumah tangga di Bontang Kalimantan Timur, terpaksa menghilang dari keluarga besar untuk mondok di pesantren Jawa Timur selama lebih dari 1,5 tahun, sakit maag hingga 18 tahun lamanya, dan sekarang berakhir dengan kebahagiaan yaitu setelah kesembuhan saya, alhamdulillah bisa menolong sahabat-sahabat yang menderita sakit maag diseluruh Indonesia, melalui media internet.

Betapa panjang dan pahitnya pengalaman hidup yang harus saya lalui. 

Jika tak mengingat bahwa dibalik musibah dan penderitaan selalu ada hikmah dan pembelajaran dari Allah SWT, tentu sejak dulu saya sudah menjadi orang yang tersesat, berlaku hitam bahkan mungkin mengikuti jejak syaiton.

Namun alhamdulillah, berkat Kasih Sayang Allah dan pertolonganNya, saya bisa menjalani setiap ujianNya, setapak demi setapak, meski tertatih-tatih, dengan selamat hingga saat ini.

Tentu saya tak berani mengatakan bahwa ujian hidup saya telah berakhir kini, karena saya belum sampai akhir hayat saya. Mudah-mudahan dimasa yang akan datang, Allah SWT. selalu melindungi saya dalam setiap ujianNya yang diberikanNya kepada saya, sebagaimana setiap keselamatan yang senantiasa tercurah atas kami sekeluarga, saya, suami saya, dan putri saya satu-satunya. Amin Ya Rabbal Alamiin.

Kali ini saya ingin menceriterakan kisah yang pernah saya alami beberapa tahun yang lalu, yang membuat saya begitu takjub kepada kebesaran Allah SWT. Yaitu tentang Uang Di bawah Pintu.

Ketika Adin putri saya mau masuk SMA, ia membutuhkan uang untuk membayar Uang Gedung. Yang dengan lain-lain berjumlah Rp.1.300.000,-. Itupun sudah merupakan jumlah terminim dibandingkan dengan anak-anak lainnya.

Saya tak pernah bisa membuat rencana kedepan apapun yang berhubungan dengan masalah uang. Karena kami tak punya penghasilan sama sekali, dikarenakan saya sakit maag, suami saya akhirnya tak bisa bekerja mencari uang karena saya benar-benar dalam keseharian tak bisa ditinggal. Sehingga kehidupan kami benar-benar hanya dari kasih sayang Allah melalui santunan yang diberikan oleh adik, kakak, kenalan, teman, tetangga, sanak saudara, bahkan dari kenalan di dunia maya yang saya belum pernah bertemu darat. Ya Allah.

Kondisi itu terjadi selama bertahun-tahun. Bisa dibayangkan. Betapa pahitnya. Namun saya masih tetap bersyukur, masih ada saja fihak-fihak yang selalu menaruh belas kasihan kepada kami sekeluarga. Sehingga kami tak perlu berbuat kejahatan hanya untuk mencari penghidupan. Bahkan terbayangpun tidak. Alhamdulillah. 

Apalagi berbuat jahat. Jika kami membeli sesuatu di warung, lalu ada kelebihan pengembalian uang, selalu buru-buru kami kembalikan ke warung dimana kami belanja tadi. Takut sekali, jika uang kelebihan itu keburu lapor kepada Allah, bahwa diri kami tidak jujur. Ya Allah betapa ruginya kami. Ruhani menjadi cacat hanya oleh uang yang tak seberapa yang bukan merupakan hak kami.

Oh ya, kembali ke masalah Uang Gedung lebih dari satu juta yang harus saya penuhi paling lambat besuk pagi. Ini adalah hari terakhir harus dilunasi. Sementara saya sudah berusaha mengumpulkannya jauh-jauh hari sebelumnya semenjak ketentuan harus dibayarkannya Uang Gedung itu. Namun hingga malam ini, uang yang saya kumpulkan masih kurang 300.000. Kemana lagi saya harus mencarinya untuk menutup kekurangannya ?

Seharian tadi, dari mulai jam 8.00 pagi hingga jam 8.00 malam baru saja, saya sudah mencari kemana-mana dengan jalan mencari pinjaman, dan Alhamdulillah…tinggal kurang 300.000 lagi. Masih sangat beruntung handai tolan banyak yang memberikan pinjaman. Masih beruntung mereka percaya kepada saya, meskipun kami tak punya penghasilan. 

Dari uang yang telah terkumpul hari ini, saya kumpulkan dari pinjaman beberapa orang, yang rumahnya saling berjauhan. Bahkan berbeda kecamatan. Padahal kondisi lambung saya belum sembuh. Mau berangkat ditemani suami, terlalu banyak ongkos yang harus dikeluarkan. Sementara bepergian sendiri Ya Allah, rasanya nyaris putus asa karena menahan sakit sambil harus kesana kemari mencari pinjaman.

Meskipun ada handphone, rasanya tidak etis mencari pinjaman menggunakan Hp, sementara jarak rumah mereka yang hendak kami datangi masih bisa dijangkau. Suami tak mungkin saya mintai tolong mencari pinjaman karena tak biasa meminjam. Memang semua urusan uang sejak awal menjadi urusan saya. Saya tak mau menyalahkan suami saya yang tak bisa mencari uang. Biarlah hal ini saya terima sebagai takdir yang memang harus saya jalani.
 
Tapi kemana lagi harus saya cari kekurangan yang 300 ribu lagi ? Hari sudah malam, jam 9. Sudah tidak pantas perempuan tua malam-malam bertamu untuk mencari pinjaman. Dan lagi, badan saya sudah remuk redam rasanya, tambahan lagi lambung rasanya sudah tidak karuan lagi, karena seharian untuk berjalan mencari pinjaman.

Dalam sehari jarak perjalanan yang saya tempuh entah sudah berapa kilometer saja kalau ditotal…inilah perjuangan ibu bagi anaknya agar bisa menempuh pendidikan yang cukup.

Badan saya sudah tidak kuat lagi rasanya, sepertinya mau sakit. Tubuh sudah terlalu capek dan rasanya mulai demam karena mata terasa sepet. Biasanya kalau mata sepet memberi tanda bahwa suhu badan mulai meningkat, mau panas.

Karena kelelahan yang sangat tak ada nafsu makan, namun saya paksakan juga makan. Karena saya sakit maag, jika perut sudah lapar lalu tidak segera makan akan menjadi prahara berkepanjangan. Maag akan menjadi lebih parah dalam jangka waktu yang lama, berhari-hari kadang berminggu-minggu dan bahkan bisa sampai sebulan, hanya gara-gara telat makan.

Mandi juga tak berani karena sudah malam. Dingin rasanya setiap malam. Hampir setiap orang yang sakit maag selalu sering merasa kedinginan, mengapa ? Ya karena asupan makanan yang bisa dikonsumsi sangat terbatas, serta terbatasnya nutrisi yang bisa diserap oleh usus, sehingga orang sakit maag, sering kekurangan gizi walaupun mempunyai uang.

Saya hanya cuci muka dan membersihkan badan dengan lap-lap memakai air hangat, makan malam, lalu sholat Isya.

Karena badan sungguh lelah, sholat juga ala kadarnya asal menggugurkan wajib saja rasanya. Ya Allah, betapa berdosanya diri saya. Namun karena kesedihan yang luar biasa, sudah dilakoni mencari uang kemana-mana untuk sekolah anak, kok ya belum genap uang yang saya peroleh, akhirnya saya sholat sambil menangis. Menangis kepada Allah tempat saya mengadu dan memohon pertolongan.

Ya Allah, seharian saya sudah mencari uang untuk sekolah anak saya hingga malam ini. Alhamdulillah Engkau sudah memberi apa yang hamba butuhkan, meskipun masih kurang. Ini sudah malam Ya Allah. Sudah tak pantas hamba meneruskan ikhtiyar hamba untuk mencari kekurangannya. Badan hamba sudah sangat lelah, perut hamba sakit. Ya Allah puji syukur tiada tara untuk pertolonganMu, perlindunganMu, penyertaanMu hari ini kepada saya dan keluarga saya, Ya Allah. Saya tidak bisa memikirkan lagi kekurangannya yang 300 ribu Ya Allah. Saya Pasrah kepadaMu yang Maha Melihat, Maha Kaya, Maha Murah, Maha Belas Kasih, Maha Memberi. Saya mau tidur. Saya Capek sekali Ya Allah. Ampuni segala apapun yang hamba lakukan dalam hidup saya hari ini yang tidak berkenan bagiMu Ya Allah. Amiin Ya Rabbal Alamiin.

Demikian kira-kira doa saya yang terlantun malam itu. Sesudah itu saya masih mampu menyempatkan membaca istighfar serta shalawat sebanyak-banyaknya hingga tanpa sadar saya telah tertidur di sajadah dengan mata yang masih basah.

Ketika terbangun sudah menjelang dini hari. Daripada terlewat sholat tahajjud, mukena yang saya pakai untuk sholat Isya dan kebablasan tidur tadi, saya lepas. Saya membersihkan diri dan ambil wudhu. Lalu sholat tahajjud dalam keheningan yang menyeruak.

Antara syukur, sedih, sesak dada karena himpitan beban, harapan dalam iman, serta kepasrahan yang mentok, berbaur jadi satu saling tindih. Ya Allah. Lalu saya teruskan dengan dzikir dalam rasa yang campur aduk.

Tak lama kemudian terdengarlah sayup-sayup adzan subuh dari musholla tetangga desa yang selalu adzan lebih awal daripada masjid di perumahan dimana saya bertempat tinggal.

Hari berganti baru. Dengan tugas hidup yang selalu harus diselesaikan. Tentang kekurangan yang 300 ribu sepertinya menempel di jidat tak mau lekang. Astaghfirullahaladziim. Sepertinya persoalan ini menjadi lebih besar daripada dosa yang tiap hari selalu saya perbuat mengerti ataupun tidak mengerti, sengaja ataupun tak sengaja. Yang seharusnya menjadi persoalan besar sebagai prioritas utama untuk dipikirkan penyelesaiannya. 

Inilah manusia. Yang selalu mendahulukan kepentingan dunia diatas kepentingan akherat, yang jauh lebih penting, hak, dan wajib ! Ya Allah…

Selesai sholat subuh seperti biasa putri kami Adin, lalu menyapu lantai. Saya ketika itu belum selesai dzikir subuh. Dari ruang tamu terdengar Adin berbicara :“Mi, ini kok ada amplop dibawah pintu”

Saya yang lalu sudah selesai dzikir menjawab :”Ya dilihat Dik, dari siapa, untuk siapa?”

“Tak ada tulisannya Mi, kosong kok amplopnya” jawab Adin kemudian.
“Ya sudah dibuka saja, isinya apa barangkali penting !” Kata saya selanjutnya, sambil beranjak menghampiri Adin di ruang tamu.

Saya melihat Adin yang kemudian membuka amplop putih panjang ditangannya. Saya juga melihat 3 lembar uang ratusan ribu dari dalam amplop ketika Adin kemudian berkata :”Uang Mi, 300 ribu !”

Subhanallah, Allah Hu Akbar. Maha Besar Dan Maha Suci Engkau Ya Allah. Telah Engkau genapi kebutuhan hamba Ya Allah. Alhamdulillahirabbil’alamiin…
Siapapun yang memberi uang 300 ribu di pagi buta itu, saya doakan semoga tercurah atasnya Pengampunan dosa dan Rahmat Keselamatan Dunia dan Akherat baginya dari Allah SWT, dan semoga diberi olehNya kemudahan bagi kebutuhannya, sebagai kemudahan yang telah diberikannya untuk kami sekeluarga terutama untuk anak kami, Adin.

Hari ini adalah hari yang penuh syukur, yang penuh kebahagiaan, yang penuh keharuan, bahwa Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang telah menolong kami selamat dari tugas kami membiayai pendidikan putri kami satu-satunya, Adin, meskipun dengan perjuangan yang membuat badan remuk redam, menahan malu mencari pinjaman, dan rasa sedih yang tak bisa diterjemahkan.
 
Kejadian ada Uang Di Bawah Pintu bukan terjadi sekali itu saja. Beberapa bulan kemudian ketika saya juga sudah mentok dalam mencari kebutuhan hidup. Terjadi hal yang persis seperti itu lagi. Subuh-subuh, juga ada yang memasukkan amplop lewat bawah pintu. Tapi kali ini bukan Adin putriku yang melihatnya, namun saya sendiri.

Pagi itu, saya melihat dengan mata kepala sendiri, ketika amplop dimasukkan orang melalui bawah pintu. Saya tidak peduli dengan amplop itu, saya segera membuka pintu untuk melihat siapa gerangan yang dipagi buta itu telah berbuat kebaikan kepada kami. Ketika pintu saya buka, tak ada siapa-siapa didepan pintu.

Saya mencari kesekeliling rumah yang halamannya begitu sempit, tak ada siapapun disana. Saya kejar kejalan didepan rumah yang merupakan sebuah gang, juga sepi tak ada siapa-siapa. Lalu siapa gerangan yang memasukkan lagi amplop dibawah pintu ? Sebab ketika saya selesai sholat subuh, sebelumnya amplop itu belum ada disana. Dan ketika saya buka amplop itu, ternyata juga ada 300 ribu, persis dengan apa yang saya butuhkan hari itu.

Saya benar-benar yakin bahwa ada malaekat yang diutus oleh Allah membagikan keberuntungan kepada kami sekeluarga, yang sedang sangat-sangat membutuhkan uang itu. Subhanallah Maha Besar Dan Maha Kasih Sayang Engkau Ya Allah….Alhamdulillahbirabbil’alamiin…

Demikian kisah Uang Dibawah Pintu, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Alhamdulillahirabbil'alamiin.

Salam Takjub Atas Kebesaran Allah,
Niniek SS

No comments:

Post a Comment