Saturday, 16 January 2010

Contoh Skala Kecerdasan Emosional

Para pembaca yang budiman, selamat datang kembali di Kumpulan Artikel.  Pada tulisan sebelumnya, saya telah membahas tentang cara pembuatan skala pengukuran dan Instrumen penelitian. Walau saya hanya sekedar membahas tentang teknik skala model Likert, namun harapan saya dapat memberikan manfaat bagi Anda sekalian. Seperti janji saya yang akan memberikan contoh skala serta metode analisis datanya, namun sekarang saya hanya akan memberikan contoh skala terlebih dahulu, untuk metode anaisis data bisa ditunggu pada postingan selanjutnya. Monggo dimulai saja… :)

Dalam penelitian saya yang berjudul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Muhmmadiyah 3 Yogyakarta”. Di sini saya hanya membuat satu buah skala, sesuai dengan valiabel penelitian yang harus diukur dengan skala, yaitu variabel Independen (variabel X), yang di sini adalah kecerdasan emosional siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Sedangkan variabel dependennya (variabel Y) adalah prestasi belajar siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta, dan untuk mengumpulkan data prestasi belajar siswa digunakan metode dokumentasi.

Skala kecerdasan emosional siswa disusun dari 5 indikator utama, sesuai dengan teorinya Danil Goleman, yaitu: 1. Mengenali emosi, 2. Mengelola emosi, 3. Memotivasi diri, 4. Mengenali emosi orang lain (berempai), dan 5. Membina hubungan yang baik dengan orang lain. Kemudian kelima indikator tersebut dijabarkan ke dalam 60 item pernyataan, dengan 30 item bersifat favorable (positif), 30 item sisa bersifat unvaforable (negatif). Untuk distribusi item-item skala kecerdasan emosional siswa, bisa dilihat pada blue print berikut:
 

Namun dalam skala kecerdasan emosional yang saya gunakan hanya menyediakan 4 alternatif jawaban, yaitu dengan meniadakan jawaban Ragu-ragu/Tidak tau, dengan alasan:
1. Kategori indecisided, yaitu mempunyai arti ganda, bisa juga diartikan netral atau ragu-ragu.
2. Dengan tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan kecenderungan jawaban di tengah         (central tendency effect)
3. Maksud jawaban dengan empat tingkat kategori untuk melihat kecenderungan pendapat   responden kearah tidak sesuai, sehingga dapat mengurangi data penelitian yang hilang. 

Jadi sistem penilaian skala dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Item Favorable: sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1)
Item Unfavorable: sangat setuju (1), setuju (2), tidak setuju (3), sangat tidak setuju (4).

well, sepertinya penjelasannya sudah amat cukup, dan mudah-mudahan dapat dipahami, kalau ada yang belum paham atau ada yang mau menambahi bisa disampaikan pada kotak komentar di bawah, dan saya kan sangat senang kalau Anda berkenan meninggalkan komentar maupun masukan bagi blog ini. Berikut ini adalah contoh skala yang mungkin bisa Anda gunakan dalam penelitian. Walau masih jauh dari kata sempurna, namun harapan saya bisa menjadi bahan contoh untuk pembuatan skala Anda yang lebih baik dari skala kecerdasan emosional ini.

SKALA KECERDASAN EMOSIONAL

Nama               :
Jenis Kelamin :
Umur               :
Kelas                :
Petunjuk Pengisian:
Berikut ini adalah sejumlah pernyataan dan pada setiap pernyataan terdapat empat pilihan jawaban. Berikan tanda (X) pada kotak pilihan yang Anda anggap paling sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya pada diri Anda.
Pilihan jawabannya adalah:
SS              : Sangat setuju
S                : Setuju
TS             : Tidak Setuju
STS          : Sangat Tidak Setuju
Dalam skala ini tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban yang Anda pilih adalah benar, asalkan Anda menjawabnya dengan jujur. Kerahasiaan identitas dan jawaban Anda dijamin oleh peneliti. Oleh karena itu, usahakan agar jangan sampai ada nomor yang terlewati untuk dijawab.
Dan kami mengucapkan banyak terimakasih atas kerjasama, bantuan serta kesediaan Anda untuk mengisi skala ini. Semoga Anda dapat meraih cita-cita Anda. Amin
Yogyakarta, 10 Agustus 2009
Hormat Kami

Nadhirin


1. Saya tahu persis hal-hal yang menyebabkan saya malas belajar.
2. Saya tetap belajar walau tidak ada ulangan.
3. Saya berusaha masuk peringkat 10 besar setiap semester.
4. Saya bersedia mendengar keluh kesan teman saya.
5. Pada hari pertama masuk sekolah saya dapat dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolah.
6. Saya merasa santai kalau dimarahi orang tua.
7. Saya sering terlambat datang ke sekolah.
8. Saya tidak mempunyai target dalam belajar.
9. Saya tidak merasa takut melihat film yang penuh kekerasan di TV.
10. Saya tidak disukai oleh teman saya.
11. Saya tahu kalu saya sedang sedih.
12. Saya selalu belajar sesuai dengan jadwal yang telah saya susun.
13. Saya akan terus berusaha mendapat nilai-nilai yang terbaik di antara teman-teman sekelas.
14. Saya menghormati pendapat orang lain.
15. Saya selalu menyapa bapak guru bila bertemu dengan mereka.
16. Saya merasa banyak kekurangan dibandingkan dengan orang lain.
17. Saya merasa perlu membalas ejekan teman kepada saya.
18. Saya enggan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di luar sekolah.
19. Saya kesulitan mengajak bermain teman yang baru saya kenal.
20. Saya merasa bahagia melihat teman yang tidak saya sukai sedih.
21. Saya sadar bahwa perasaan malu untuk bertanya dapat menganggu kesulitan saya dalam belajar.
22. Saya berusaha untuk tidak menyontek saat ujian.
23. Saya dapat menerima pikiran orang lain meskipun berbeda dengan pemikiran saya.
24. Saya mempunyai target yang tinggi dalam belajar.
25. Saya mudah bergaul dengan teman yang tidak sekelas denga saya.
26. Saya tetap gugup dalam mengerjakan soal ulang meskipun saya sudah belajar.
27. Saya tidak sedih bila kehilangan barang kesayangan saya.
28. Saya rajin mengikuti kegiatan sosial untuk mendapt penilaian baik dari orang tua, guru, teman-teman maupun masyarakat.
29. Saya merasa tidak sedih ketika melihat berita bencana di TV.
30. Bila memasuki lingkungan baru, saya merasa harus memakai sepatu dan tas baru juga.
31. Saya maklum bila keinginan saya tidak terpenuhi.
32. Saya selalu berkosentrasi mendengarkan penjelasan guru di kelas.
33. Saya percaya dengan cita-cita saya meski orang lain tidak memahaminya.
34. Saya dapat mengenali emosi orang lain dengan melihat ekspresi wajahnya.
35. Biarlah pretasi belajar saya buruk, karena memang saya tidak pandai.
36. Saya tidak merasa cemas bila saya tidak belajar untuk ulangan.
37. Jika orang tua mengecewakan saya, saya akan mengurung diri dalam kamar dan melakukan aksi diam.
38. Saya belajar hanya jika ada ujian.
39. Saya terharu bila ada teman saya menangis.
40. Saya lebih suka mengerjakan tugas sendiri dari pada berdiskusi dengan teman.
41. Saya tahu kalu saya sedang cemas.
42. Saya menolak dengan keras ajakan teman saya untuk membolos.
43. Saya bertekad mencapai target belajar yang sudah saya tetapkan.
44. Saya akan ikut prihatin bila ada teman yang terkena musibah.
45. Saya sulit memahami pemikiran orang lain yang berbeda pemikiran dengan saya.
46. Saya sering merasa tidak mampu melakukan hal yang baru.
47. Saat saya marah, saya bisa membanting barang-barang yang ada di sekitar saya.
48. Saya tidak memiliki cita-cita untuk masa depan saya.
49. Saya akan berusaha bersikap baik pada teman yang menemui saya.
50. Saya berikap acuh tak acuh bila mendengar pengumuman kegiatan gotong-royong membersihkan lingkungan di sekitar rumah saya.
51. Saya tahu ketika saya sedang marah.
52. Saya menahan kepuasan pribadi demi suatu yang lebih besar.
53. Saya menyadari kekurangan saya di sekolah dan berusaha mengimbanginya dengan belajar lebih giat.
54. Saya merasa ikut bahagia bila teman saya berprestasi.
55. Saya menahan marah kepada teman saya walau di menyakiti saya.
56. Saya merasa tidak kecewa ketika mendapat hasil ulangan sekolah yang jelek.
57. Suasana yang menegangkan membuat saya tidak bisa berfikir degan tenang.
58. Saya malas membantu urusan orang tua karena sibuk dengan urusan saya sendiri.
59. Saya merasa jenuh mendengar keluh kesah teman saya.
60. Saya enggan membantu teman saya yang sedang dalam kesusahan.

Sebenarnya skala tersebut di atas disusun dalam bentuk checklis, namun karena terlalu sulitnya untuk menyajikannya (mempostingkan) dalam bentuk tabel, maka saya menulis item-item pertanyaannya saja. Atau anda bisa mendapatkannya dalam bentuk Microsoft Word, dengan mendownloadnya Di Sini. Semoga bisa berguna. :)


Anda boleh mempublikasikan kembali tulisan di atas pada website atau blog Anda tanpa dikenakan biaya alias GRATIS, selama:
Anda harus mencantumkan sumber artikel yaitu dari http://nadhirin.blogspot.com/
Anda harus memuat link aktif di website atau blog Anda menuju http://nadhirin.blogspot.com/
Terima kasih atas perhatian Anda.


Pengertian RSS FEED dan cara berlangganan

RSS adalah sebuah file berformat XML untuk sindikasi yang telah digunakan (diantaranya dan kebanyakan) situs web berita dan weblog. Teknologi yang dibangun dengan RSS mengijinkan kita untuk berlangganan kepada situs web yang menyediakan umpan (feed) RSS, biasanya situs web yang isinya selalu diganti secara reguler. Untuk memanfaatkan teknologi ini kita membutuhkan layanan pengumpul. Pengumpul bisa dibayangkan sebagai kotak surat pribadi. Kita kemudian dapat mendaftar ke situs yang ingin kita tahu perubahannya. Namun, berbeda dengan langganan koran atau majalah, untuk berlangganan RSS tidak diperlukan biaya, gratis. Tapi, kita biasanya hanya mendapatkan satu baris atau sebuah pengantar dari isi situs berikut alamat terkait untuk membaca isi lengkap artikelnya.

Untuk memudahkan Anda berlangganan RSS FEED dari Kumpulan Artikel, silahkan pilih salah satu umpan RSS yang tersedia dibawah ini:

RSS FEED Untuk Berlanganan Artikel Terbaru
SS FEED Untuk Komentar Terbaru

Atau, anda bisa berlangganan artikel via email:FeedBurner


 
 

 
rank blog indonesia 


Anda boleh mempublikasikan kembali tulisan di atas pada website atau blog Anda tanpa dikenakan biaya alias GRATIS, selama:
Anda harus mencantumkan sumber artikel yaitu dari http://nadhirin.blogspot.com/
Anda harus memuat link aktif di website atau blog Anda menuju http://nadhirin.blogspot.com/
Terima kasih atas perhatian Anda.


Motivasi Dalam Belajar

Dalam dunia pendidikan, terutama dalam kegiatan belajar, seperti yang sudah saya bahas dalam tulisan terdahulu, bahwa kelangsungan dan keberhasilan proses belajar mengajar bukan hanya dipengaruhi oleh faktor intelektual saja, melainkan juga oleh faktor-faktor nonintelektual lain yang tidak kalah penting dalam menentukan hasil belajar seseorang, salah satunya adalah kemampuan seseorang siswa untuk memotivasi dirinya. Mengutip pendapat Daniel Goleman (2004: 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.

Motivasi sangat penting artinya dalam kegiatan belajar, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar; seorang siswa yang belajar tanpa motivasi (atau kurang motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal.

Motivasi memegang peranan yang amat penting dalam belajar, Maslow (1945) dengan teori kebutuhannya, menggambarkan hubungan hirarkhis dan berbagai kebutuhan, di ranah kebutuhan pertama merupakan dasar untuk timbul kebutuhan berikutnya. Jika kebutuhan pertama telah terpuaskan, barulah manusia mulai ada keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang selanjutnya. Pada kondisi tertentu akan timbul kebutuhan yang tumpang tindih, contohnya adalah orang ingin makan bukan karena lapar tetapi karena ada kebutuhan lain yang mendorongnya. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi atau perpuaskan, itu tidak berarti bahwa kebutuhan tesebut tidak akan muncul lagi untuk selamanya, tetapi kepuasan itu hanya untuk sementara waktu saja. Manusia yang dikuasai oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan akan termotivasi untuk melakukan kegiatan guna memuaskan kebutuhan tersebut (Maslow, 1954).

Dalam implikasinya pada dunia belajar, siswa atau pelajar yang lapar tidak akan termotivasi secara penuh dalam belajar. Setelah kebutuhan yang bersifat fisik terpenuhi, maka meningkat pada kebutuhan tingkat berikutnya adalah rasa aman. Sebagai contoh adalah seorang siswa yang merasa terancam atau dikucilkan baik oleh siswa lain mapun gurunya, maka ia tidak akan termotivasi dengan baik dalam belajar. Ada kebutuhan yang disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan dihargai. Seseorang siswa yang telah terpenuhi kebutuhan harga dirinya, maka dia akan percaya diri, merasa berharga, marasa kuat, merasa mampu/bisa, merasa berguna dalam didupnya. Kebutuhan yang paling utama atau tertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara individu terpenuhi maka akan merasa bebas untuk menampilkan seluruh potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan sendiri meliputi kebutuhan menjadi tahu, mengerti untuk memuaskan aspek-aspek kognitif yang paling mendasar.

Guru sebagai seorang pendidik harus tahu apa yang diinginkan oleh para sisiwanya. Seperti kebutuhan untuk berprestasi, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang berbeda satu sama lainnya. Tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, mereka cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi. Meskipun banyak juga siswa yang memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi. Siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal dari dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam diri sendiri maupun dalam bersaing dengan siswa lain.

Siswa yang datang ke sekolah memiliki berbagai pemahaman tentang dirinya sendiri secara keseluruhan dan pemahaman tentang kemampuan mereka sendiri khususnya. Mereka mempunyai gambaran tertentu tentang dirinya sebagai manusia dan tentang kemampuan dalam menghadapi lingkungan. Ini merupakan cap atau label yang dimiliki siswa tentang dirinya dan kemungkinannya tidak dapat dilihat oleh guru namun sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Gambaran itu mulai terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, yaitu keluarga dan teman sebaya maupun orang dewasa lainnya, dan hal ini mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

Berdasarkan pandangan di atas dapat diambil pengertian bahwa siswa datang ke sekolah dengan gambaran tentang dirinya yang sudah terbentuk. Meskipun demikian adanya, guru tetap dapat mempengaruhi mapun membentuk gambarang siswa tentang dirinya itu, dengan tujuan agar tercapai gambarang tentang masing-masing siswa yang lebih positif. Apabila seorang guru suka mengkritik, mencela, atau bahkan merendahkan kemampuan siswa, maka siswa akn cenderung menilai diri mereka sebagai seorang yang tidak mampu berprestasi dalam belajar. Hal ini berlaku terutama bagi anak-anak TK atau SD yang masih sangat muda. Akibatnya minat belajar menjadi turun. Sebaliknya jika guru memberikan penhargaan, bersikap mendukung dalam menilai prestasi siswa, maka lebih besar kemungkinan siswa-siswa akan menilai dirinya sebagai orang yang mampu berprestasi. Penghargaan untuk berprestasi merupakan dorongan untuk memotivasi siswa untuk belajar. Dorongan intelektual adalah keinginan untuk mencapai suatu prestasi yang hebat, sedangkan dorongan untuk mencapai kesuksesan termasuk kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk berprestasi.

Mengutip pendapat Mc. Donald (Tabrani, 1992: 100), “motivation is energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction.” Motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari perumusan yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu: 1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, 2) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal), 3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

Dari uraian di atas jelas kiranya bahwa motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motivasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Penjelasan mengenai fungsi-fungsi motivasi adalah:

1. Mendorong manusia untuk bertindak/berbuat. Motivasi berfungsi sebagai pengerak atau motor yang memberikan energi/kekuatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
2. Menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang harus ditempuh.
3. Menyeleksi perbuatan. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan. (Ngalim Purwanto, 2002: 71)

Jenis-jenis motivasi
1. Motivasi intrinsik, yang timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.
2. Motivasi ekstrinsik, yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar individu. Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu. (Tabrani, 1992: 120)

Lalu bagaimanakan cara untuk meningkatkan motivasi siswa agar mereka memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, khususnya bagi mereka yang memiliki motivasi rendah dalam berprestasi. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku bacaan) bagi siswa ranking 1-3.

3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.

5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan hanya tugas guru bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya orang tua siswa untuk mendidik anak mereka.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan untuk lebih termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran ataupun menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.

8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. Ini bisa dilakukan seperti pada nomor 6.

9. Menggunakan metode yang bervariasi. Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah bisa menampung semua kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning, Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya. Karena siswa memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna materi. Itu contoh mudahnya. Semakin banyak metode mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa.

10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Baik itu media visual maupun audio visual.

Sumber Bacaan:
Goleman, Daniel, Emitional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EQ Lebih Penting Daripada IQ, Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.

Jogjakarta, Sabtu 15 Januari 2010


Anda boleh mempublikasikan kembali tulisan di atas pada website atau blog Anda tanpa dikenakan biaya alias GRATIS, selama:
Anda harus mencantumkan sumber artikel yaitu dari http://nadhirin.blogspot.com/
Anda harus memuat link aktif di website atau blog Anda menuju http://nadhirin.blogspot.com/
Terima kasih atas perhatian Anda.


Membuat Skala Pengukuran & Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan istrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Istrumen penelitian ini digunakan untuk meneliti variabel yang diteliti. Dengan demikian junlam instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibekukan, tapi ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan diguankan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap istrumen harus mempunyai skala.

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam penelitian akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya timbangan emas sebagi instrumen untuk mengukur berat emas, disebut dengan skala mligram (mg) dan kan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk mengukur; meteran dibuat untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akam menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.

Dengan skala pengukuran ini, maka variabel yang akan diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Misalnya berat emas 20 gram, berat besi 200 kg, suhu badan orang yang sehat 370, EQ seorang 210.

Ada beberapa macam teknik skala yang bisa digunakan dalam penelitian. Antara lain adalah: Skala Linkert, Skala Guttmann, Skala Bogardus, Skala Thurstone, Skala Semantic, Skala Stipel, Skala Paired-Comparison, Skala rank-Order. Kedelapan maca teknik skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini tergantung pada bidang yang akan diukur.

Namun dalam kesempatan kali ini saya hanya ingin mengulas tentang teknik skala Likert. Sesuai dengan teknik skala yang telah saya gunakan dalam penyusunan skripsi saya.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif) bersifat bersifat unfavorable (negatif).

Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang berupa kata-kata antara lain:
a. Sangat Setuju, b. Setuju, c. Ragu-ragu, d. Tidak Setuju, e. Sangat Tidak Setuju.
a. Sangat Baik, b. Baik, c. Ragu-ragu, d. Tidak Baik, e. Sangat Tidak Baik.

Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai berikut:
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik (1)
Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik (4), sangat tidak setuju/ baik (5).

Insrtumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
Contoh Bentuk checklist
Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat Anda, dengan cara memberi tanda (X) pada Kolom yang tersedia.


SS       : Sangat Setuju
ST      : Setuju
RG     : Ragu-ragu
TS      : Tidak Setuju
STS    : Sangat Tidak Setuju

Contoh bentuk pilihan ganda
Berilah salah satu jawaban terhadap pernyataan berikut sesuai dengan pendapat Anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia.
Arif Luqman Nadhirin akan segera menduduki jabatan manager pada perusahaan kita.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

Dengan bentuk pilihan ganda itu, maka jawaban dapat diletakan pada tempat yang berbeda-beda. Untuk jawaban di atas “Sangat Setuju” diletakan pada nomor pertama. Untuk item selanjutnya jawaban :Sangat Setuju” dapat diletakan pada nomot terakhir. Pada bentuk checklist, sering jawaban tidak dibaca, karena letak jawaban sudah menentu. Tapi dengan bentuk checklist, maka akan didapat keuntungan dalam hal singkat pembuatannya, hemat kertas, mudah mentabulasikan data, dan secara visual lebih menarik.

Itu dulu yang bisa saya tulis, semoga bisa bermanfaat bagi Anda. Untuk contoh skala serta metode analisis data bisa Anda baca pada tulisan saya selanjutnya.

Jogjakarta, Minggu 17 Januari 2010


Anda boleh mempublikasikan kembali tulisan di atas pada website atau blog Anda tanpa dikenakan biaya alias GRATIS, selama:
Anda harus mencantumkan sumber artikel yaitu dari http://nadhirin.blogspot.com/
Anda harus memuat link aktif di website atau blog Anda menuju http://nadhirin.blogspot.com/
Terima kasih atas perhatian Anda.